Ada cerita lucu sekaligus tragis di Pilkada Pangkalpinang 2024. Kotak kosong, alias kandidat yang literally nothing, tanpa visi, misi, program kerja, atau janji manis, berhasil menghempaskan pasangan Maulan Aklil dan Masagus Hakim ke jurang kekalahan. Dengan 61% suara untuk kotak kosong versus 40% untuk manusia. Kita sedang menyaksikan babak baru kehinaan peradaban manusia.
Sambil menikmati kopi liberika khas Kayong Utara, yok kita bahas kegilaan Pilkada 2024. Otak kosong, eh salah kotak kosong bisa mengalahkan manusia. Sebagai manusia, asli saya malu, wak!
Kotak kosong itu nggak punya apa-apa. Bukan cuma nggak ada modal kampanye, dia bahkan nggak punya akun Instagram untuk pamer kegiatan fiktif. Tapi lihatlah, dia menang telak! Sementara pasangan calon manusia yang diusung enam partai politik besar—PDI-P, PKB, PPP, Demokrat, PAN, dan PKS—dengan dana kampanye entah berapa triliun, kalah oleh kekosongan. Ya, benar-benar kosong. Kalau ini bukan satire kehidupan politik, lalu apa lagi?
Hasil ini mengajarkan kita satu hal penting, masyarakat sudah muak. Saking muaknya, mereka lebih percaya benda mati ketimbang manusia hidup. Ini bukan sekadar kritik, ini tamparan super keras. Bayangkan, enam partai yang biasanya saling cekik-cekikan di parlemen, akhirnya kompak mendukung satu pasangan calon. Namun, kehebatannya hanya sampai di situ, menjadi bahan tertawaan rakyat.
Apakah ini bentuk pemberontakan? Apakah mereka sedang mencoba membuktikan bahwa benda mati lebih bisa diandalkan dari pada politikus? Atau ini hanya eksperimen sosial massal yang tidak sengaja viral? Sejujurnya, ini seperti adegan politik yang gagal di peradaban negeri ini.
Bayangkan kalau kotak kosong ini dilantik. Pidatonya bagaimana? “........” (sunyi). Program kerja? Tidak ada. Prestasi? Lebih nihil dari pada zodiak kamu yang nggak pernah sinkron sama ramalan cinta. Tapi hei, setidaknya dia tidak akan melakukan korupsi. Tidak ada SK palsu. Tidak ada pencitraan. Dan yang pasti, dia tidak akan pernah kena kasus chat mesra.
Kemenangan kotak kosong adalah bukti bahwa manusia perlu introspeksi. Jika benda mati saja bisa menang melawan manusia, bukankah saatnya kita semua mengevaluasi keberadaan kita sebagai makhluk berpikir? Pilkada Pangkalpinang ini bukan sekadar tragedi politik, ini adalah pengingat bahwa kita mungkin sedang mengalami downgrade moral dan intelektual sebagai spesies.
Selamat untuk kotak kosong. Semoga tidak lupa diri dan tetap menjadi kosong seperti sekarang. Sementara itu, untuk kita para manusia, mari berhenti sejenak, ambil napas, dan merenung: Apa yang salah dengan kita?
Penulis : Rosadi Jamani (Dosen Universitas Nahdlatul Ulama - Kalimantan Barat)
#SAYAINDONESIA
#BerbagiKebaikan
#PolitikKonyol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar