Amerikanisasi dan Westernisasi Pendidikan Menjauhkan Islam dari Sosialisme

Tergugah oleh percakapan dengan budayawan Solo Halim Hade.

Benarkah Amerikanisasi dan Westernisasi pendidikan kita menyebabkan para elit Islam menjauhi Sosialisme? Menurut saya iya. Dalam aspek ini, sekarang malah jauh lebih.mundur dari era Sarekat Islam  HOS Cokroaminoto yang kali pertama memandang adanya persenyawaan antara Islam dan Sosialisme.

Di era orde baru  para cendekiawan Muslim seperti Dawam Rahardjo, Djohan Effendi, Gus Dur dan Adi Sasono, bahkan  lebih kontekstual lagi dalam mengeksporasi dan merajut pertautan antara Islam dan Sosialisme dalam kerangka pemikiran Mengaktualisasikan Gagasan Keadilan Sosial sesuai sila kelima Pancasila. Maupun dalam menggagas program-program yang lebih praktis bagi masyarakat yang terpinggirkan secara sosial-ekonomi maupun sosial-budaya.

Namun seturut wafatnya para cendekiawan Muslim tersebut tadi, para aktivis dan  elit politik Muslim, mengalami historical missing-link alias keterputusan matarantai sejarah dengan gagasan-gagasan intelektual HOS Cokroaminoto, Dawam Rahardjo, Abdurahman Wahid, Djohan Effendi, dan Adi Sasono, yang memandang adanya satu tarikan nafas antara Islam dan Sosialisme.

Bahkan mantan wakil presiden pertama, bung Hatta, yang tidak berpretensi sebagai intelektual Muslim, memandang analisa bedah sosial ekonomi lewat karya2 Karl Marx, sangat penting untuk menemukan ciri khas sosialisme yang cocok dengan kodrat geopolitik negaranya masing2. Termasuk Indonesia. Tak heran lewat telaah dan eksplorasinya yang mendalam, Hatta mampu memunculkan gagasan original, Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional.

Ironisnya, ketika era Orba yang serba represif masih mampu mewacanakan secara luas sosialisme Islam, kondisi obyektif pasca reformasi hingga kini malah secara sistematis mematikan wacana dan upaya mempersenyawakan Islam dan Sosialime.

Bahkan menanamkan paham yang salah kepada pada masyarakat  utamanya para mahasiswa dan pemuda, bahwa Sosialisme itu identik dengan komunisme. Padahal sejarah pergerakan nasional kita, sosialisme merupakan dinamo starternya.

Arah dan kiblat dunia pendidikan kita yang  condong ke Amerika dan Eropa Barat yang pro kapitalisme, liberalisme dan persaingan/pasar bebas, maka lewat sarana pendidikan Islam didorong untuk menganut kapitalisme, neoliberalisme dan pasar bebas.

Alhasil, para intelektual Muslim era pasca reformasi, semakin mengabaikan pertautan erat antara Sosialisne dan Islam. Berarti pula, para elit dan cendekiawan Muslim tidak lagi memberi sumbangan nyata terhadap pengembanga wacana pengaplikasian Keadilan Sosial sesuai sila kelima Pancasila. Maupun Pasal 33 UUD 1945. (18/04/2022)


Penulis : DR. Hendrajit (Direktur Eksekutif Global Future Institute)

#SAYAINDONESIA
#BerbagiKebaikan
#Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lembaga Swadaya Masyarakat SAYA INDONESIA