Menjelang pencoblosan pilkada serentak 2024 ini, rasa-rasanya calon kepala daerah yang disodorkan para partai politik sudah tidak qualified sama sekali. Menurut saya, semuanya sama saja dari kalangan mereka-mereka saja yang memang tunduk pada perintah partai dan tentunya tujuan utamanya bukan untuk masyarakat, apalagi Negara.
Sebagai orang yang pernah terjun sebagai pengurus partai politik dan juga pernah menjadi peserta dalam kontestasi politik tentunya tahu. Kebiasaan guna mendapatkan rekomendasi dari partai tidaklah mudah dan murah. Selain popularitas, tak kalah pentingnya adalah uang.
Berbicara popularitas, bisa dilihat bagaimana calon-calon yang petahana justru paling gencar mempopulerkan dirinya mengklaim keberhasilannya yang telah dicapai. Sementara calon-calon yang dianggap tokoh masyarakat hingga tokoh agama atau public figure lainnya digandeng, tidak sedikit hanya dijadikan calon wakil guna memikat masyarakat yang tanpa berpikir dalam memilih, alias cuma modal terkenal.
Dan yang terpenting ialah uang. Biaya politik level pilkada memang sudah tidak masuk akal, tidak sebanding dengan potensi pendapatan selama satu periode jika dihitung dari gaji plus tunjangan. Sumber uang untuk membiayai itu semua rasa-rasanya sulit mengandalkan dari kantong si calon itu sendiri, maka dibutuhkan aktor lain sebagai sponsornya. Perlu diingat, dalam politik tidak ada makan siang gratis.
Melihat itu semua, dengan kesadaran berpikir yang sehat dan tidak lagi mau ditipu atau hanya dijadikan komoditas politik. Bermunculah gerakan-gerakan mengajak untuk melawan dengan mencoblos semua paslon atau mencoblos kotak kosong apabila hanya ada satu paslon melawan kotak kosong. Pesan saya, "Otak Tak Kosong Coblos Kotak Kosong". Sampai di sini paham??? Ayo mikir...
#ekahope
#SAYAINDONESIA
#PolitikKonyol